!!!!!

Harus dibaca semua dulu dengan urut dari bawah: Archetype, Reptilian Brain, Limbic Brain, Cortex Brain & Pyramind of Unconscious.

The Indonesian Culture Code

A little Paradigm Shift must be prepared over here.
A critique I got: Too many foriegn case studies. Where is the Indonesian case study? Well, I don't have any, or it's still too litle. If it doesn't appears here it means we are still lack of it. Lets find out together, this the reason for this Blog. You are going to help me.

Saturday, February 3, 2007

Otak ke 3: Cortex

CORTEX BRAIN
Cortex berhubungan dengan intelektual, Rasional, logical, thinking. Bagian otak ini belum terbentuk sebelum umur 7 tahun. Ada penelitian yang mengatakan, kita belumlah memiliki mental tools yang lengkap untuk bagian cortex ini sebelum umur 7 tahun. Sebelum umur 7, anak2 belum memiliki kontrofersi atas QUANTITY. Contohnya begini: Ajaklah bermain seorang anak yang belum berumur 7 tahun. Buatlah 2 bola yang sama besar dari lilin malam/tanah liat. Tanyakan padanya, mana yang lebih besar? Ia akan menjawab: oh, sama. Lalu, tanpa menambah beratnya ubahlah salah satu bola menjadi ular-ularan. Tanyakan lagi padanya: mana yang lebih besar? dia akan menjawab: nah, sekarang lebih besar yang ular, atau kebalikannya. Tapi bila contoh ini ditunjukkan kepada seorang anak yang telah berumur 7 tahun atau lebih, ia akan bingung. Loh, kok masih nanya? kan sama? memangnya aku bodoh? Begitu celotehnya. Jadi, apapun yang terimprint sebelum umur 7 tahun, adalah sebelum CORTEX.

"Everything that being imprinted at the very early age, is before the intellectual dimension. And it is a lot more powerfull!"

Lalu apakah sebenarnya otak Cortex ini? Otak Cortex selalu berkata: Mari coba tenang, mari coba pahami dulu, coba cari sisi positif dan negatif sebelum berindak/melalukan pilihan. Jadi, ada kesan bahwa Cortex cenderung "Menunda", meminta waktu seperti ini adalah permintaan delay/penundaan.

Cortex juga berperan dalam mengontrol. Apa contohnya: ia akan meminta angka-angka, verifikasi yang sebenarnya kurang begitu natural. Jadi, fungsinya dalam memperlambat process (pengambilan keputusan) adalah sangat artifisial. Setiap kali anda membicarakan angka-angka, cobalah berfikir mengenai Reward and Recognition.

Contoh: Pada suatu saat, anda ingin memberi reward kepada seseorang. Anda berkata: Saya akan beri anda 10%! Well, tentu saja yang diberi reward akan tertarik dan kita semua pun tertarik dengan uang, karena uang dibutuhkan untuk membeli segala kebutuhan. Namun, bila anda punya sesuatu bentuk reward yang bersifat Reptillian, reward ini akan jauh lebih kuat dibandingkan Cortex. Juga bila anda anda memiliki sistem reward yang bersifat Limbic, tentu ini juga akan lebih kuat dibandingkan Cortex. Terbukti pada sistem Reward and Recognition, Uang adalah penting, namun ia adalah cara terlemah untuk menghargai orang, karena uang adalah Cortex. Hmm, mungkin itulah mengapa orang sering bilang: It's not about Money.

Jadi, mari kita lihat interkoneksi dari ketiga otak tersebut:

  • Reptillian bersifat sangat cepat. Instink selalu ingin mempercepat waktu. Ayo cepat cepat cepat!
  • Limbic adalah energy, emotion. Bila kita tengok pembahasan Limbic, tidak akan ada imprint didalam otak bila kita tidak punya emotion. Emotion adalah energi yang berperan menghasilkan Neurotransmitter didalam otak, yang dibutuhkan otak dalam membuat Imprint.
  • The Cortex bertugas mengendalikan/to control. Control control control. Cortex bertujuan untuk memperlambat Reptillian. Jangan agressif, jangan terlalu kuat dalam hal itu, calmdown, relax. Sifatnya ingin mengulur waktu,fikirkan beberapa kali sebelum anda berkata, karena anda tentu tidak ingin salah.

Menuntut ilmu di sekolah, anak-anak diajarkan untuk menggunakan cortexnya. Anak diajarkan untuk tidak boleh berisik, tidak boleh bebicara, tidak boleh berteriak, tidak boleh menangis. Cara-cara yang diterapkan dalam pendidikan kebanyakan adalah sangat Cortex. Sayangnya, sering kali pendidikan terlalu memaksakan Cortex agar menguasai Limbic dan Reptillian, sehingga kadang menghasilkan orang-orang yang "dingin" dan out of touch dengan emosinya, dan and out of touch dengan dimensi reptillian (survival), yang dulu mereka biasa alami saat mereka masih kanak-kanak.

(bersambung ...)

1 comment:

Anonymous said...

Setuju blu...korteks itu bagian otak yang paling birokratis...
Bayangkan..ada impuls masuk lewat indra..diteruskan ke korteks.
Lalu di cc ke departemen ingatan untuk konfirmasi apakah impuls tersebut sudah pernah diterima atau baru.
Setelah di timbang dihitung dan ditilik, hasilnya di cc ke departemen limbik yang kemudian memberikan respon emosi
Respon emosi itu di umpan balik ke korteks untuk dikaji ulang eksekusi macam apa yang akan di ambil.
Sementara departemen limbik diam-diam mengirim kurir nerotransmitter untuk mengaktifkan hormon2 yang diperlukan
Kalo impulsnya makanan...yang di kirim kurir bernama dopamine untuk ngaktifin hormon iler.
Kalo impulsnya pocong...yang dikirim norefinefrin untuk ngaktifin bulu kuduk dan kringet dingin (syaraf anda menjadi siaga ...)
Nah kalo kata korteks nyantai aja brur! itu pocong palsu...maka aktifitas hormon berkurang nerotransmitter ditarik..
Kalo kata korteks itu makanan haram..maka aktifitas hormon iler juga dikurangi....
Aktifitas ini menunjukan departemen korteks memegang kendali penuh atas departemen lainnya. Pusat kendali ini beralamat di bagian otak bernama Frontal lobe...

Nah bagaimana kalo situasinya teramat darurat sementara pusat pengambil keputusan bekerja begitu lambat...?
Ngak nyombong..departemen limbik mempunyai unit reaksi cepat bernama amigdala..dia bekerja tidak memerlukan otorisasi dari pusat.
Dan diam2 juga punya akes langsung ke pusat arsip
Ilustrasi ceritanya kira2 begini...
Saat tidur tengah malem tiba2 anda terjaga karena mendengar suara....suara itu di konfirmasi ke memori..kalo ternyata dikenali oleh memori sebagai suara kucing..maka tidak perlu membangunkan unit siaga..dan anda tidur kembali dengan tenang....
Kalo suara tersebut belum pernah ada di memori atau asing...maka limbik mengeluarkan dulu neurotransmitter norefinefrin..fungsinya membuat jaringan syaraf anda lebih sensitif dari biasanya. Telinga anda pun jadi semakin awas dan peka akan bunyi2 aneh lainnya. Ditandai jantung berdetak lebih cepat, bulu kuduk berdiri, keringet dingin keluar...hormon adrenalin meningkat membuat antispasi agar semua otot siap melakukan traksi.
Dalam satu kata sederhana reaksi ini disebut emosi ketakutan.
Ketika suara asing itu makin kencang dan mendekat, kadar norefinefrin meningkat dengan cepat...dalam titik tertentu unit reaksi cepat bernama amigdala mengambil alih seluruh tugas eksekusi..rantai birokrasi kesadaranpun diputus.
Maka dalam hitungan milidetik entah itu langkah seribu atau sebuah balok kayu yang anda hantamkan ke arah suara...semua di luar tanggung jawab korteks....anda baru akan menyadari semuanya setelah tiba2 ada di balik pagar tetangga atau sebuah balok kayu yang berlumuran darah....
ini adalah pembajakan emosi atas kesadaran...

Wah commentnya kepanjangan yah....(cuman sekedar memberikan in-depth review dari sisi nerve system)